Welcome to ®udy.g's Blog... MP3 Collections, Sharing tentang IT, Tips n Tricks dll

Senin, 13 April 2009

Penyebab Gigi Berubah Warna

Oleh : drg. Ernawati Lubis
Kalau kita melihat iklan produk pasta gigi di televisi yang menampilkan model - model dengan susunan gigi yang rapi dan warna gigi yang putih cemerlang
, mungkin akan timbul pertanyaan di benak kita bisakah memiliki gigi secantik dan seputih itu ? Gigi yang putih sangat menarik untuk dilihat, tetapi tidak banyak orang yang beruntung untuk memiliki warna gigi yang putih cemerlang.
Perubahan warna gigi merupakan masalah estetika yang sangat merugikan bagi penderitanya apalagi bila terjadi pada gigi depan, karena pandangan pertama yang terlihat biasanya adalah gigi bagian depan. Perubahan warna gigi dapat hanya mengenai satu gigi, beberapa gigi atau semua gigi. Selain itu perubahan warna gigi dapat hanya pada permukaan gigi saja, tapi dapat juga melibatkan struktur gigi.
Penyebab Perubahan Warna Gigi
Gigi dapat mengalami perubahan warna menjadi abu-abu, kuning atau coklat kehitaman dikarenakan banyak faktor, baik faktor dari luar tubuh (ekstrinsik) maupun faktor dari dalam tubuh (intrinsik). Perubahan warna gigi dapat terjadi pada saat atau setelah terbentuknya email dan dentin. Penyebab umum perubahan warna gigi adalah kopi, teh, mengunyah tembakau, ataupun rokok yang meninggalkan tar berwarna kecoklatan pada gigi yang terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang panjang.
Perubahan warna akibat faktor intrinsik yang terjadi pada saat pembentukan struktur gigi antara lain:
1. Gigi nonvital atau gigi mati akibat trauma, misalnya pernah jatuh atau terkena benda keras dapat menyebabkan gigi menjadi kehitaman. hal ini disebabkan oleh darah yang keluar dari pembuluh darah pulpa teroksidasi, kemudian masuk ke saluran-saluran sangat kecil pada gigi yang disebut tubulus dentin yang akhirnya terjadi perubahan warna pada gigi.
2. Obat tetrasiklin, Pemakaian obat antibiotik tetrasiklin yang di konsumsi semasa dalam kandungan pada usia kehamilan ibu lebih dari empat bulan dimana molekul - molekul tetrasiklin dapat melewati barier plasenta yang dapat mengenai gigi susu yang sedang terbentuk, atau terjadi pada anak-anak berumur dibawah 8 tahun, dimana pada periode ini terjadi pembentukan mahkota gigi seri permanen.
Bila terkena obat ini selama proses pembentukan struktur gigi, maka akan menyebabkan gigi berubah warna menjadi coklat sampai abu-abu pada seluruh struktur gigi, tergantung seberapa parah efek yang terjadi akibat dari tetrasiklin tersebut berdasarkan pada jumlah, frekwensi, jenis tetrasiklin dan umur pasien saat meminum obat.
3. Fluorosis, dimana masuknya fluoride yang melebihi batas aman, kadar fluoride yang diperbolehkan adalah 800-1.000 ppm. Akan tetapi pada anak sebaiknya sekitar 200-300 ppm. Intake fluoride yang berlebihan saat pembentukan struktur gigi menyebabkan kerusakan struktur yang mengalami mineralisasi, terutama matriks email, yang akhirnya menjadi hipoplasia. Besar dan derajat perubahan warna selanjutnya biasanya bergantung pada derajat hipoplasia, yang pada gilirannya bergantung pada jumlah fluoride yang masuk saat proses pembentukan struktur gigi.
Gigi tidak berubah warna saat gigi tersebut tumbuh tapi terlihat keputih - putihan seperti kapur. Akan tetapi permukaannya menjadi porous dan secara bertahap akan menyerap warna dari bahan kimia di dalam rongga mulut.
Perubahan warna gigi yang terjadi karena faktor ekstrinsik, antara lain:
l. Keadaan kebersihan mulut yang tidak baik. Perubahan warna pada gigi karena kebersihan mulut yang tidak baik dapat menyebabkan gigi berwarna hijau, jingga, kuning ataupun coklat.
2. Pengaruh makanan dan minuman, misalnya teh, kopi, pewarna makanan buatan, anggur, berri, dan lainnya.
3. Pengaruh rokok dan tembakau. Menghasilkan warna coklat sampai hitam pada bagian leher gigi yang terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang panjang. Distribusi dan perubahan warna gigi yang terjadi tergantung pada tipe, jumlah dan lamanya kebiasaan merokok.
4. Bahan tambalan logam. Amalgam penyebab paling hebat karena elemen warna gelap dapat mengubah dentin menjadi abu-abu gelap.
Gigi putih bersih dan senyum menawan adalah dambaan setiap orang. Dengan semakin majunya teknologi kedokteran gigi dewasa ini terdapat berbagai cara atau metode yang tersedia untuk memutihkan gigi. Misalnya dengan metode bleaching dan metode restoratif (seperti pembuatan mahkota tiruan atau dengan veneer / pelapisan ), Metode bleaching lebih konservatif dibandingkan dengan metode restoratif dan lebih dianjurkan karena mempunyai beberapa keuntungan antara lain pelaksanaannya relatif lebih sederhana dan lebih murah, dari segi estetis juga lebih baik karena tidak banyak dilakukan pengambilan jaringan keras gigi dan iritasi pada gusi juga dapat dihindari.
Bleaching merupakan suatu cara pemutihan kembali gigi yang sudah berubah warna, sampai mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan secara kimiawi, dimana tujuannya adalah untuk mengembalikan estetis bagi penderita. Tidak semua kondisi pasien dapat menghasilkan prognosis yang baik untuk dilakukan perawatan bleaching. Perawatan bleaching pada perokok berat, peminum teh, dan kopi akan memberi prognosis baik apabila menghentikan kebiasaan selama proses perawatan dan juga menyikat gigi secara teratur dengan bahan yang mengandung abrasif.
Pada pasien usia muda bila terjadi perubahan warna gigi dapat lebih mudah dirawat dibandingkan orang yang mempunyai usia lebih tua. Perubahan warna yang paling mudah di rawat adalah kuning, sedangkan yang paling sulit adalah warna keabu-abuan. Pada kasus fluorosis akibat intake fluorosis yang berlebihan, proses bleaching tidak dapat menghilangkan bintik putih, tetapi hanya mencerahkan email di sekitar bintik putih sehingga bintik putih tersebut terlihat samar.
Gigi penderita fluorosis juga tidak dapat dirawat dengan metode bleaching jika pasien terus mengonsumsi air minum yang mengandung fluoride berkadar tinggi di lingkungan tempat tinggalnya. Perawatan dengan metode bleaching juga tidak akan dapat mencerahkan warna gigi yang hitam, cokelat, atau putih akibat proses pembusukan, juga tidak dapat mencerahkan warna gigi yang gelap akibat tumpatan amalgam yang telah menahun.
Bahan Pemutih
Bahan pemutih dapat berperan sebagai oksidator atau reduktor, kebanyakan adalah oksidator dan banyak bahannya yang tersedia. Bahan oksidator yang umum dipakai adalah cairan hidrogen peroksida (H2O2) 10 persen. Beredarnya bahan pemutih gigi di pasaran harus diamati karena apabila pemakaian kadar peroksida diatas batas aman dapat menimbulkan dampak yang merugikan. Misalnya peradangan gusi dan mukosa mulut.
Jadi sebaiknya penggunaan bahan pemutih gigi seharusnya dilakukan oleh dokter gigi yang mengerti efek samping bahan yang dimaksud dan melakukan pencegahan efek samping yang akan timbul maupun mengobati sensitivitas yang akan terjadi setelah pemakaian bahan pemutih tersebut.
Menentukan faktor penyebab terjadinya perubahan warna pada gigi, menentukan apakah kasus tersebut memerlukan suatu perawatan bleaching dan memilih bahan - bahan yang tepat. Beberapa cara teknik yang dilakukan dalam pemutihan gigi adalah:
1. Pemutihan gigi dengan gel
Pemutihan dengan bahan gel ini biasanya dilakukan sendiri oleh pasien di rumah. Yang harus diperhatikan adalah sebelum melakukan pemutihan sebaiknya memeriksakan gigi terlebih dahulu pada dokter gigi untuk dilihat keadaannya. Jika terdapat gigi yang berlubang, maka sebaiknya gigi tersebut dilakukan penambalan untuk mencegah iritasi. Gel yang masuk ke dalam sela gigi dan gusi akan menyebabkan rasa ngilu.
2. Pemutihan menggunakan laser
Pemutihan dengan cara ini biasanya dilakukan untuk kasus perubahan warna gigi yang sudah cukup parah. Cara pemutihan ini tidak bisa dilakukan sendiri karena harus dilakukan di klinik dengan bantuan dokter gigi. Kandungan bahan pemutih yang digunakan lebih tinggi yaitu 35 mili, sementara komposisi dalam Gel pemutih hanya 10-15 mili sehingga jika tidak dilakukan dengan hati-hati akan menimbulkan rasa ngilu yang cukup hebat. Untuk menghindari iritasi pada gusi, dokter akan memberikan pengamanan terlebih dahulu pada gusi.
Setelah itu, pada proses pemutihannya gigi akan disinari sinar yang cukup tinggi, kemudian di bilas dan di sinar lagi. Perubahan akan segera terlihat dalam waktu 0,5-1 jam setelah perawatan. Untuk hasil yang baik, pasien harus melakukan perawatan gigi dengan baik, yaitu menggosok gigi dengan teratur dan lebih selektif mengonsumsi makanan atau minuman.
3. Pemutihan dengan selotip pemutih
Metode ini merupakan teknik perawatan yang paling cepat, karena hanya butuh waktu 0,5 jam. Jika pemutihan lain bisa bertahan beberapa tahun maka teknik ini hasilnya tidak dapat bertahan lama, hanya beberapa hari saja. Sehingga jika pada kesempatan lain warna gigi sudah berubah, pemasangan selotip bisa digunakan kembali. Pada proses pemutihannya, selotip pemutih ditempelkan pada gigi selama 0,5 jam dan setelah dilepaskan, gigi akan tampak menjadi lebih.
Tingkat Keberhasilan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan terhadap gigi - gigi yang telah dilakukan pemutihan, yaitu:
Umur dari penderita, dimana pada penderita usia muda tingkat keberhasilannya lebih baik karena tubulus dentin masih lebar sehingga bahan pemutih dapat masuk (berpenetrasi) dengan baik.
Penyebab perubahan warna. Jika perubahan warna dari unsur metal maka tingkat keberhasilannya akan jelek. Tingkat keberhasilannya akan baik untuk perubahan warna gigi yang disebabkan oleh jaringan pulpa atau komponen darah yang nekrosis. Lamanya bahan bleaching dalam pulpa. Jika waktunya lebih lama maka hasilnya akan lebih baik karena dapat mempengaruhi masuknya bahan pemutih tersebut ke dalam tubulus dentin.
Selain faktor - faktor tersebut keberhasilan dari teknik bleaching juga tergantung pada tingkat dan derajat perubahan warna gigi. Satu hal penting yang harus diingat bahwa perubahan warna yang terjadi setelah perawatan tidak akan permanen, sehingga perlu perawatan kembali bila gigi berubah warna lagi.***